Jogja dan Romantisme Pembuktian Cinta

Yogyakarta atau yang sering disebut Jogja merupakan salah satu kota keraton yang terletak dibagian tengah pulau Jawa. Kota yang dikenal dengan julukan kota pelajar ini ternyata menyimpan banyak kisah romantisme. Ini bisa dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri sebagai pembuktian cinta yang telah ada sejak masa kerajaan dulu kala.

Saya sendiri berkesempatan untuk menyaksikan monumen-monumen pembuktian cinta itu. Sebagai salah seorang pencinta karya seni, hal yang pertama kali terpikirkan oleh saya ketika menyaksikan karya itu adalah “apa yang menyebabkan cinta itu perlu pembuktian sebesar ini?”


"Cinta merupakan salah satu karya agung sang pencipta yang dititipkan kepada makhluk hidup sebagai perwakilan dari keberagaman rasa yang mengalir di dalam satu peristiwa. "

Monumen pembuktian yang pertama saya saksikan adalah Borobudur. Candi yang terkenal dan merupakan tempat suci bagi umat budha ini memang dibangun pada masa kerajaan budha berjaya di bumi Jawa. Namun, kemegahan dari prasasti ini banyak menyimpan misteri tentang rasa cinta itu sendiri. Sejatinya, candi borobudur ini merupakan representasi dari kehidupan manusia. Candi yang bertingkat ini dibangun sebagai wujud cinta terhadap sang “pencipta”  dan sebagai tuntunan manusia dalam menjalani kehidupan.


Ukiran-ukiran yang terdapat di Candi ini merupakan kisah-kisah yang diceritakan sebagai pembelajaran. “Sejarah akan berulang” begitu salah satu pesan yang saya tangkap ketika menyaksikan ukiran-ukiran ini. Setiap peristiwa akan berulang, ditempat yang berbeda denga pemain yang berbeda pula. Namun kita bisa belajar banyak mengenai sikap yang harus kita ambil dalam setiap “pengulangan sejarah itu”

Borobudur dengan segala pelajarannya

Saya menangkap banyak pesan yang terkandung didalam monumen ini. Pesan romantis yang memiliki makna mendalam tentang cinta kepada sang pencipta. Tentang bagaimana kokohnya monumen ini berdiri melintasi zaman yang telah berganti dari setiap keadaan. Tentang bagaimana kita hanya bisa memiliki kehilangan yang kita anggap nyata. Ketiadaan egois dalam langkah-langkah yang membawa kita kepuncak candi. Dan sebuah perjuangan untuk sebuah keindahan. Semua keterwakilan ini hadir ketika saya menyaksikan dan merasakan prasasti yang kokoh ini.

Monumen romantis kedua adalah Prambanan. Prasasti yang dibagun pada masa kerajaan Hindu ini sendiri merupakan pembuktian cinta dari Bandung Bondowoso sebagai syarat cinta kepada Roro Jonggrang. Susunan batu yang tersusun rapi ini menyisakan reruntuhan batu-batu disekitarnya. Tidak seperti Borobudur yang memiliki banyak ukiran di batu-batuya, Prambanan hanya memiliki ukiran-ukiran lekukan pada batu-batunya. Seolah Bandung Bondowoso ingin menyampaikan bahwasanya cintanya itu sederhana dan tidak rumit. Prasasti ini dibangun dengan banyak sebagai permintaan dari Roro Jonggrang.


 Ketika sebuah bangunan menjadi pembuktian cinta

“Impossible” itu kata pertama yang terpikir ketika saya melihat beberapa bangunan prasasti dengan bentuk dan ukuran yang sama. Bagaimana mungkin seseorang menyampaikan cintanya dalam sebuah bangunan yang dibangun berulang kali, seolah ingin menegaskan bahwasannya cintanya akan tetap sama dan terus berulang. Begitu romantis, ketika kita bisa jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama.

Namun pesan romantis tak hanya sampai disitu, meskipun tidak diberikan waktu yang banyak dalam membangun pembuktian cinta ini, Bandung Bondowoso tidak asal membangun. Ini bisa terlihat dari kokohnya bangunan yang didirikan dan bisa bertahan melintasi zaman. Seolah bondowoso ingin menyampaikan pesan “meskipun waktuku sedikit untukmu, akan kucintai dirimu dengan semua kesungguhanku”.


 Prambanan dan Jatuh cinta berulang


"Sedemikian pentingkah cita itu sampai engkau harus membuktikannya? Sedemikian besarkah cinta itu sampai engkau membuat persembahan untuknya? Lalu tanda tanya apalagi yang akan kau ajukan setelah pembuktian ini?"

Keromantisan Prambanan bertambah ketika dimalam hari diadakan pergelaran tari yang menceritakan tentang kisah Rama-Shinta. Legenda cinta yang begitu menggema melintasi zaman itu diceritakan dalam tarian indah dengan latar belakang prambanan. Alunan musik yang mengiringi penari menambah romantisme cerita Rama-Shinta.  Hal yang akan memberikan ketenangan bagi setiap penonton yang menyaksikan.


Kisah Rama-Shita dalam sebuah tarian


Jadi, dengan beragam monumen dan kisah cinta yang terdapat di Jogja, tak salah kiranya jika saya menganggap kota ini sebagai salah satu kota cinta. Bukan hanya sekedar kisah cinta belaka, tetapi kisah cinta yang akan terus diceritakan dalam setiap zaman. Kita bisa jatuh cinta, namun kita belum tentu membuat kisah cinta yang serupa.

Jogja dan Romantisme Pembuktian Cinta Jogja dan Romantisme Pembuktian Cinta Reviewed by Maslim on Saturday, April 15, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.